Suara.com - Lagi, Indonesia kembali mendapat terkena serangan siber. Kali ini, ransomware bernama Wannacry telah menyerang dua rumah sakit, yakni Harapan Kita dan Dharmais.
Serangan Wannacry terbilang masif penyebarannya. Sebab, ransomware ini telah menyerang banyak komputer di lebih dari 99 negara.
Serangan siber kali ini mengingatkan kembali soal pentingnya keberadaan Badan Siber Nasional (Basinas) untuk menjadi garda terdepan perlindungan siber. Hal itu diungkapkan oleh pakara keamanan siber, Pratama Persadha.
“Sekali lagi ini adalah peristiwa yang seharusnya membuka mata kita semua bagaimana rentannya keamanan di wilayah siber. Karena itu keberadaan Badan Cyber Nasional harus segera direalisasikan, karena peristiwa serangan siber yang masif semakin sering terjadi dewasa ini,” jelas Pratama kepada Suara.com.
Ia mengatakan bahwa keberadaan Basinas dapat menjadi pencegah masuknya serangan siber ke Indonesia. Dengan demikian, aset strategis nasional dapat terlindungi.
"Indonesia bisa melihat bagaimana mitigasi negara-negara yang sudah memiliki badan siber," lanjut pria yang juga menjabat sebagai chairman lembaga riset keamanan cyber CISSReC (Communication and Information System Security Research Center) ini.
Sejauh ini, keberadaan Basinas masih terganjal di pengesahan Presiden. Kabar terakhir menunjukkan bahwa Basinas belum disepakati kabinet.
Dari data F-Secure, perusahaan penyedia layanan keamanan siber, menyebutkan bahwa paling tidak terdapat lebih dari 36 juta serangan siber di Indonesia dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Sebagian besar dari kasus serangan siber yang terjadi adalah kasus pencurian data.
"Kerugian akibat ransomware cukup besar. Kami mencatat kerugian yang timbul akibat ransomware bisa mencapai 1,5 bitcoin dalam sebulan," ujar Managing Director PT BAK, Eko Widianto beberapa waktu lalu.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Serangan Wannacry, Indonesia Darurat Badan Siber Nasional"
Post a Comment